Jumat, 24 Februari 2012

MELUKIS, TERAPI UNTUK AUTISME

Oleh : Nirmala



Memang tidak ada terapi khusus yang efektif untuk menyembuhkan anak autis. Tetapi, dengan memahami karakteristik dan menggali potensi yang dimiliki, kesulitan anak autis bisa dikurangi dan potensinya bisa dikembangkan agar mereka dapat hidup lebih mandiri.
Memiliki anak autis tidak selamanya berarti dunia seakan runtuh. Pandangan ini anatara lain karena sebagian besar orangtua dengan anak autis terlalu menfokuskan perhatian mereka pada kelemahan yang dimiliki anak, akibatnya, 6potensi tidak tergali secara maksimal, itu yang diungkapkan oleh DR Dr Dwijo Saputro, SpKJ (K), konsultan terapis anak autis di SmartKid, Klinik Perkembangan Anak dan Kesulitan Belajar di Jakarta Barat.
Sebagian orangtua juga sering terlambat mendeteksi kekurangan anak karena hanya mengandalkan pusat-pusat terapi untuk mengatasi masalah yang dialami, dan kurang menggali alternative pengembangan individual dan pengembangan potensi. Padahal jika deteksi dini dilakukan, stimulasi bisa segera diberikan untuk mengatasi kekurangan sekaligus untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, maka hasilnya akan lain.
Nyatanya, dengan penanganan sedini mungkin, tidak sedikit individu dengan autism berhasil mengatasi masalah dan mengembangkan bakatnya. Ada Temple Grandine (62 tahun) yang menyandang autism asal Boston, Massachusetts, Amerika Serikat yang mampu mengembangkan kemampuan visual dan pola berpikir yang sistematis sehingga berhasil meraih Doktor dalam bidang peternakan.
Ada pula seorang wanita autis bernama Donna William (46 tahun) dari Melbourne, Victoria, Australia, yang mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dan bakat seninya sehingga berhasil menjadi seorang penulis dan seniman. Sementara itu, Bradley Olson (22 tahun) asal Minnesota, Ameika Serikat adalah mahasiswa autis yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif dan kebugaran fisiknya sehingga menjadi pemuda yang aktif dan tangkas.
Pencapaian ini tidak terlepas dari peran berbagai terapi pelengkap untuk mengembangkan potensi yang terpendam di balik perilaku anak autis yang sulit dipahami itu.

ART THERAPY
Salah satu terapi pelengkap untuk mengembangkan potensi pada anak autis yang saat ini mulai popular di Indonesia adalah art therapy (terapi seni), yaitu terapi atau latihan pendisiplinan diri melalui media kesenian, yaitu menggambar, melukis, membuat patung dari tanah liat atau berlatih music. Termasuk alam kategori art therapy adalah melihat dan mempelajari obyek lukisan dan foto (visual tools).
Menurut Donna J. Bett, MA., ATR, seorang terapis masalah anak-anak an remaja penderita autism dan coordinator Art Therapy Service pada National Children’s Center di Washington, D.C., (http://www.autisme-society.org) terapi seni dapat menolong pasien penderita autism sesuai karakteristik setiap anak, seperti membantu meningkatkan kecakapan komunikasi, mengembangkan perasaan dan emosi, membantu mengembangkan hubungan social serta melatih respon inderawi. Ini dimungkinkan karena anak-anak autis bukan tanpa potensi, mereka memiliki bakat dan kecakapan akademis yang bisa dikembangkan.
Sebagai contoh, menurut Dwijo, di luar potensi umum yang dimiliki, beberapa anak autis memiliki kecakapan atau kecenderungan khusus pada bidang numerical (angka), lainnya memiliki kecenderungan atau potensi auditif (pendengaran), ada juga yang memiliki potensi di bidang visual (penglihatan) dan taktil (sentuhan).
Dengan memahami karakteristik dan potensi tersebut, seorang terapis terbantu dalam memperbaiki gangguan kesulitan yang dialami dan dapat menggali potensi yang terpendam. Itulah mengapa terapi seni, baik melukis atau latihan vocal, dapat dimasukkan sebagai bagian ari stimulasi untuk melengkapi (adjuvant) terapi lain.
Menurut Donna J. Bett, setidaknya ada tiga manfaat art therapy bagi anak autis, yaitu;

 1.      Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Art Therapy dapat membantu menstimulasi bagian otak yang tidak berkembang dan membantu anak autis dalam mengekspresikan kecakapan non verbal. Saat anak autis sedang melukis atau menggambar misalnya, sesungguhnya dia sedang berkomunikasi dengan menggunakan symbol. Proses ini dapat membantu mengembangkan kecakapan komunikasinya secara langsung, serta membantu dalam mengelola proses berpikir.
Secara bersamaan, sang terapis juga dapat lebih focus dalam mengeksplorasi kecakapan berkomunikasi anak dengan memanfaatkan beberapa teknik tertentu, seperti member tugas menggambar dengan mencontoh atau melukis sesuai arahan terapis. Anak dengan autisme akan merespon tugas yang diberikan terapis lewat perubahan sikap dan karya lukisannya. Metode ini juga dapat melatih anak untuk lebih focus dan dapat terlibat secara langsung dalam proses interaksi dengan orang lain.
Saat terapis membangun hubungan dengan pasien autis itulah pasien mulai mengembangkan kemampuan menyimpan dan menambah pengalaman barunya. Itulah cara kerja dan proses komunikasi dalam terapi seni, yaitu dengan menciptakan suasana positif yang sangat baik dan menyehatkan. Cara ini juga bermanfaat untuk mengurangi kecemasan dan membantu memperbaiki perkembangan emosi anak autis.
Menurut Dwijo, anak autis juga cenderung lebih mudah diarahkan oleh terapis yang bisa menciptakan rasa aman dan nyaman serta bisa menjalin hubungan sesuai karakteristik setiap anak. Jika anak autis dapat merasakan pengalaman yang nyaman selama proses terapi berjalan, maka ia akan mudah diarahkan.
Apa yang dialami Ivan (18 tahun), peserta art therapy pada Smart Training Centre, dapat menjadi petunjuk keberhasilan prinsip ini, mula-mula, Ivan yang saat ini duduk di bangku kelas dua SMA Madania, Parung, Bogor, tidak bisa tahan duduk berlama-lama saat menjalani terapi melukis. Begitu juga saat duduk di depan keyboard untuk latihan bermain piano.
Namun dengan ketekunan dan terapi yang terus menerus dan cukup lama, Ivan kini telah mampu memainkan dan menyanyikan ratusan lebih lagu, lengkap dengan not balok dan syairnya. Sementara lewat pelatihan melukis yang dijalaninya selama satu jam, tiga kali dalam seminggu, Ivan kini juga mulai menunjukkan bakan dan kecakapannya di bidang seni lukis.
Dibanding saat pertama kali menjalani terapi lukis dua tahun lalu, perkembangan Ivan sangat pesat. Keluwesan tangan dan cara menggoreskan alat gambar sudah seperti anak normal. Selain itu ia kini juga sudah bisa lebih focus dan menikmati proses kreatifnya (pengalamanan Arief Wibisono, guru lukis di Smart Training Centre yang selama ini membimbing Ivan).

2.      Mengembangkan Perasaan Anak Autis
Art therapy juga bermanfaat untuk membantu mengembangkan perasaan dan emosi anak autis. Karena anak autis tidak memiliki emosi dan perasaan yang stabil, lewat melukis atau menggambar, terapis dapat melatih cara mengekspresikan perasaan lewat kegiatan menggambar atau melukis. Latihan ini juga berguna untuk melatih daya tahan atau keuletan dan kesabaran pasien dalam menyelesaikan suatu tugas seni selain membantu memperbaiki ekspresi dan perasaannya.
Menurut Arief Wibisono, dalam proses latihan ini seperti pada proses terapi yang dilakukan pada Ivan seorang terapis memang dituntut memiliki kesabaran yang ektra, mampu memahami karakter anak dan sebisa mungkin dapat masuk atau menyatu dengan sikap dan karakter pasien agar ia dapat merasa nyaman mengikuti proses terapi. Dengan teknik ini, pasien akan merasa senang, mau mendengar dan mengerti apa yang ingin disampaikan terapis. Saat ini Ivan sudah sekitar 80% mau mendengarkan dan memperhatikan apa yang diajarkan padanya.

3.      Melatih Koordinasi Sistem Saraf
Koordinasi system saraf pada anak autis adalah salah satu aspek penting. Penggunaan metode multi sensory dapat membantu mengintergrasikan atau mengkoorinasikan perasaan anak autis, seperti mendengar dan menyentuh. Misalnya, dengan memainkan tangga nadan dengan alat-alat music, atau berlatih menyanyi secara periodic pada sesi terapi yang berbeda.
Meskipun memiliki kesulitan-kesulitan sesuai dengan karakteristik individual anak, anak autis juga dapat mengembangkan keterampilan komunikasi dan kepekaan sensorik mereka selama proses terapi berlangsung.
Sesuai dengan keunikan dan karakteristik masing-masing, anak-anak autis juga dapat melakukan interaksi yang positif dengan terapis selama terapi berlangsung. Lewat mekanisme ini, seiring dengan pertumbuhan pola piker dan sikap emosionalnya, sikap negative anak autis pun akan berkurang.

Informasi Terapi Melukis (Art Therapy):
Verri J. Priyana, S.Kom, MA, C.Ht.
Telp. 021-7423047, 08111494599
Pin : 28303BAC
email : verri_dj@yahoo.com
Clinic: Jl. Kalasan Blok B15/1 - Tangsel.

Foto ilustrasi : Verri Dj

Sehatnya Melukis

Oleh : Lusia Kus Anna

Melukis, menggambar, atau apapun bentuknya. Yang penting, melukis dan menggambar bisa dikategorikan sebagai art therapy alias terapi melalui seni. Jika bisa melukis, Anda dapat menggunakan kegiatan itu sebagai sarana untuk membuang stres. Apalagi jika Anda tidak ragu untuk menggunakan jari-jemari sebagai alat lukis, bukan kuas. Rasa puas akan lebih terasa.
Apalagi jika Anda melakukan kegiatan tersebut bersama sang buah hati. Anda akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus: melepas stres dan menghabiskan waktu bersama si kecil. Jadi, walau Anda tidak bisa melukis, tidak masalah. Ambil saja secarik kertas dan mulai torehkan gambar-gambar yang ada di benak Anda.
Terapi melalui seni memiliki manfaat kesehatan sebagai pelepas stres. Melepas stres tersebut dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

• Pengalih perhatian
Melukis dan menggambar dapat membawa pikiran Anda terlepas dari hal-hal yang membuat Anda stres, setidaknya selama beberapa menit, atau bahkan mungkin beberapa jam. Dan ketika Anda sudah selesai menggambar, lalu melihat hasilnya, Anda akan memiliki pemikiran yang lebih jernih, sehingga dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

• Melukis itu "mengalir" .
Mengalir di sini maksudnya Anda terlibat dalam sesuatu kegiatan yang mirip meditasi. Jika sudah mulai melukis, biasanya Anda akan sangat berkonsentrasi, mulai dari sapuan kuas pertama. Saking konsentrasinya, Anda lupa sekeliling dan juga stres yang dihadapi. Anda juga akan menghadapi "aliran" yang lama ketika menulis sebuah cerita atau ketika berkebun.

• Merawat diri sendiri
Melukis sebagai hobi dapat membuat Anda mendapatkan keseimbangan lebih dalam gaya hidup sehari-hari. Alasannya, orang sering lupa bahwa dirinya juga berhak untuk mendapatkan "waktu rehat" di tengah padatnya kegiatan sehari-hari.

Jadi, menghabiskan waktu beberapa menit saja untuk melakukan hobi tersebut sudah dapat memenuhi waktu rehat tersebut.

Untuk pelatihan Therapy Melukis bisa dihubungi : Verri J. Priyana, S.Kom, M.A., C.Ht.
Central  Institute of Hypnotherapy - Yayasan As-Shopiah
Telp. 021-7423047, 08111494599, Pin. 28303BAC

Kamis, 02 Februari 2012

Hipnotisme Atau Gendam di Angkot


Oleh : Ferry Djajaprana

Siang ini kendaraan pribadiku sudah selesai diperbaiki di salah satu bengkel di daerah Pondok Pinang, karena problem kelistrikan membuat kendaraanku tidak bisa di starter. Karena aku sudah punya cadangan aki baru yang aku simpan di rumahku di Daerah Ciputat maka terpaksa aku mengambilnya.

Salah satu kendaraan umum Untuk menuju Pondok Pinang Adalah kendaraan Mikrolet D01. Karena perjalananku dari Ciputat di siang hari maka sedikit penumpang yang menyewanya. Aku menumpang sendiri sambil menenteng aki yang masih disimpan dalam kardus, duduk tepat di belakang pak Supir yang sedang bekerja, mengendarai angkot supaya baik jalannya.

kendaraan yang kunaiki ini kosong sejak dari pasar Ciputat. Baru terisi di Cirendeu seorang pemuda dengan gaya pegawai kantor lengkap dengan tas yang slempangkan di lengan kanannya. Pemuda yang baru naik ini mencoba duduk di kursi cadangan di depan tempat dudukku, aneh rasanya angkot kosong kok duduk di kursi cadangan, akupun menyuruhnya supaya duduk di deretan penumpang. Dia memilih duduk sederet denganku. Melihat tasnya yang dislempang sebenarnya mengingatkan saya pada pencopet yang kerap beroperasi di ibukota dan mengenakan model yang sama, tas kain dengan model tas plastik kresek itu paling mudah untuk mengelabui mata menutupi tangannya yang jahil. Fikiranku menerawang saat sering memergoki pencopet beraksi.
Beda satu gedung, ada satu penumpang datang, dia memilih di depan sebaris dengan Sopir. satu gedung terlewati, naik lagi satu orang duduk di samping pemuda, pemuda tadi menggeser badannya hampir nempel ke tempat dudukku. Satu gedung di samping jalan telah terlewati sudah kini datang lagi satu orang tua membawa brosur pengobatan yang ditulis kecil-kecil lebarnya layaknya kertas A4 dibagi empat, sehingga bila mau membacanya harus mengernyitkan dahi.

Tiba- tiba pak tua yang terakhir datang membuka percakapan seraya membagi brosur, penumpang kedua disebelahku merespons pembagian brosur dengan suara keras- keras yang menunjukkan ketertarikannya. Bahkan akhirnya dipijat pula. Sementara aku hanya membaca srkilas dan masih memegang brosur.

Ada pergerakan aneh penumpang di sebelahku itu tasnya meempel ke tubuhku terutama mengarah ke saku celanaku yang berisi HP. Melihat, memperhatikan gerak- gerik empat penumpang yang datang dengan irama tiap jeda satu menit ada penumpang baru maka alam bawah sadarku mencurigainya dan memperingatkan bahwa di depan tempat dudukku, di sampingku, bahkan dekat pak supir adalah getombolan yang sedang melakukan modus hipnotisme atau gendam terhadapku.

Yang duduk didepanku sekarang selain menjelaskan tentang pengobatan tradisional yang ditawarkan mulai memijat salah satu penumpang kedua dari sebelah kiriku. Tepat sebelah kiriku mulai beraksi dengan mencoba menempel lengannya ke arahku, tanganku mencoba menghalanginya, kini penumpang di depanku mulai menawarkan pijat gratis padaku ya g langsung kuhardik dengan suara keras "jangan sentuh..!" pak tua tersebut kaget, dan aku katakan aku tidak tertarik penawarannya. Brosur yang diberikannya pada aku akan ku simpan di tas.. Sama pak tua diminta lagi. Aku minta Sopir menurunkan aku di Pasar Jumat.

Setelah aku turun, aku terpaksa naik kendaraan D01 lagi untuk melanjutkan perjalananku ke bengkel. Memang aku rugi bayar tiket perjalanan menuju Pondok Pinang, tapi aku merasa aman dari percobaan gendam jalanan.
-o0o-

Untuk para pembaca semua sebaiknya waspada bila dalam kendaraan umum, cerita di atas memang saya telah suudzon pada gerombolan yang seperjalanan denganku untuk itu saya mohon maaf, ini adalah tindakan preventif mengingat sekarang banyak gendam yang dilakukan orang jahat untuk mempetdayai orang yang mudah dipengaruhi. Banyak contoh gendam jalanan, diantaranya adalah memasukkan obat tidur dalam minuman dan berpura-pura menjadi orang baik, sindikat menjual burung beo, sindikat penjual jam rolex palsu dan lain- lain. Andaikan benar terjadi penggendaman dengan objek lain, maka Yang aku tulis di atas adalah tergolong baru tapi intinya adalah bermain di wilayah bawah sadar pikiran sasaran.

Cerita di atas Kalau bisa di skenariokan adalah begini, penumpang perlente pertama adalah memperdaya objek ( aku) bahwa pandangan mataku mencerap bahwa yang duduk di sebelahku adalah orang baik- baik. Gerombolan mengirim informasi melalui pandangan, dan informasi diterima oleh sub conscious (bawah sadar) ku. Pengiriman info hypnosis untuk membypass informasi dari conscious ke sub conscious tanpa melewati jalur tengah ( daerah kritis), sehingga info dapat mudah diterima sub-conscious. Yang duduk di depanku mencoba mengalih perhatian consciousku, sehingga critical area tidak bekerja dengan normal. Sayangnya, ketika menginduksiku dengan cara mencoba memijat anggota tubuhku aku tolak dengan menghardik "jangan sentuh.." sehingga critical area dalam fikiranku bekerja kembali dengan normal. Dengan cara ini membuat sugesti yang mencoba dikirimkan terpatahkan. Sugesti yang diucapkan biasanya berupa rangkaian kata- kata, ataupun kalimat yang disampaikan dengan cara tertentu, dalam situasi tertentu, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap yang mendengarnya, sesuai dengan maksud dan tujuan sugesti tersebut.

Demikian yang bisa saya share, hati-hati dengan orang yang baru dikenal yang SKSD (sok kenal sok dekat). Bila merasa curiga dengan komplotan tersebut sebaiknya mengalah (untuk menang) dan kita turun saja dari kendaraan umum tersebut minta baik-baik pada pak Sopir sehingga semua berjalan seolah-olah alamiah, bukankah lebih baik mencegah dari pada jadi korban gendam? Apabila ada yang menepuk, tepuklah kembali sipenepuk biar tidak terpengaruh. Selain itu, jangan sekali-kali merenung, mengiba diri di tempat umum atau pikiran kosong itu sasaran empuk tukang gendam, pikirkan sesuatu di luar diri ini, dzikrullah, sehingga tubuh terkontrol dengan baik oleh fikiran kita.
Itu saja pesanku dan jaga diri bila naik kendaraan umum.

Salam,

Ferry Djajaprana
Pengamat mistisisme jalanan