Kamis, 01 Desember 2011

S a k i t

Islamic Chicken Soup For The Soul
Oleh : Ferry Djajaprana


“Dari Abu Hurairah R.a, Nabi Saw bersabda “Apapun yang menimpa seorang Muslim, baik itu penyakit, kecemasan, kesedihan, luka, kesulitan, bahkan sampai duri yang menusuknya, maka setiap hal itu semua akan menjadi penghapus dosa-dosanya”.
(HR. Bukhari, 75:5641)

Sudah  lima  hari  saya  tinggal di salah satu rumah sakit  di Jakarta karena menjaga istri yang sakit typhus.

Orang jatuh sakit biasanya tidak mendadak begitu saja, melainkan karena  sudah terserang jauh-jauh hari sebelumnya. Demikian juga dengan  istri saya, sebelum terserang penyakit tersebut memang sudah terlihat kesibukannya yang amat sangat dimana dua minggu sebelumnya tidak ada waktu istirahat lantaran proyek yang digarapnya menuntut demikian. Bermula  ketika saat dia pulang bertugas dan mengeluh bahwa  sakitnya tak tertahankan lagi baru  kemudian saya mengantarnya  ke rumah sakit terdekat dan dokter Unit Gawat Darurat (UGD) menyarankannya untuk dirawat saja agar pengobatannya terkontrol dengan baik.

Bicara sakit, sakitnya tubuh itu bukan saja lantaran akibat masalah  jasmani  melainkan juga bisa karena  masalah  rohani. Namun demikian biasanya seseorang hanya melihat satu sisi belaka yaitu sisi jasmani.  Kalau menyebut aspek fisik, pada  umumnya kita sudah paham bahwa sakit thypus adalah akibat  kesalahan asupan, terserang bakteri salmonela typhosa, kurang olah raga sampai perlunya tubuh istirahat dari kerutinan. Namun sakit bila dipandang dari sisi  spiritual lain lagi, diantaranya adalah  merupakan ujian dari Sang Pencipta untuk penghapus dosa.

”Dari Abdullah R.a, ia berkata, aku pernah menemui nabi saw ketika beliau sakit parah terkena demam tinggi, aku berkata, ”Engkau sakit  parah, oleh karenanya engkau akan mendapat pahala.” Beliau bersabda, ”Benar, karena tidaklah seorang Muslim terkena suatu penyakit kecuali Allah akan menggugurkan sebagian dosa-dosanya sebagaimana Allah menggugurkan dedaunan dari pohonnya.” (HR. Bukhari 75:5647)

Bagi saya menemani pasien sakit seperti si pesakitan itu sendiri, karena sama-sama ’dipenjarakan’ dalam satu ruangan, bahkan bila pasien tidurnya di atas kasur – sipenunggu malah tidur di atas tikar, sehingga cap tikarnya tampak di pipi bila terbangun. Di saat pasien bangun  dan ingin ke kamar kecil penjaga harus siap menemani ke kamar kecil, dan banyak hal kecil lainnya mulai dari menepuk nyamuk sampai membenarkan posisi bantal. Walau demikian penunggu satu tingkat lebih beruntung bila dibanding pasien,  bila para tamu yang datang membawa oleh-oleh, pasien karena sakitnya cukup makan elektrolit yang disedot tubuh melalui selang infus dan infus, sementara  oleh-oleh tamunya dimakan oleh si penunggu. Cukup adil memang J.

Hari berganti hari, kesembuhan pasienpun mulai nampak hasilnya. Dan,  hari ini tibalah saatnya check out.

Ketika pada antrian pembayaran rawat inap di kasir  jumlah antrian masih  bisa dihitung pakai jari. Pada saat ngantri  di depan saya adalah seorang ibu yang harus membayar biaya rumah sakit saudaranya karena suatu operasi besar, dia harus membayar tagihan sebesar Rp 54 juta, setelah membaca daftar  tagihan dia terkaget-kaget  karena sudah dibayar Rp. 27 juta atau separuhnya. Betapa air mata kegembiraan mengucur dari wajahnya. Petugas Kasir  memberi tahu kalau ada seseorang yang sudah membayarkannya  tapi tak mau disebut namanya. Saya dibelakangnya dengan sabar menunggu giliran membayar, sambil berkata di dalam hati "Inilah janji Allah yang disebut dengan rejeki tak terduga itu dan terkagum-kagum karena  masih ada orang "punya" yang mengikhlaskan rejekinya untuk berbagi dengan yang membutuhkan. Semoga amal baik yang menyumbang diterima oleh Allah Swt.

Telah semakin jelas buah ketakwaan dari seorang pasien atau ibunya  yang shalihah. Sungguh Allah selalu melimpahkan karunia dan rezeki yg sesuai dengan ketakwaan seseorang.  Demikianlah  pelajaran dari hal yang terkecil di dunia nyata,  walaupun  kita selalu berpikir secara umum tentang kehidupan hedonisme dan individualis ternyata masih ada segelintir individu yang ikhlas membantu..

”Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”  (QS Yunus :61).

Jarum jam sudah bertumpuk  pada  pukul 12:00 siang, saatnya saya check out dan pamit pulang pada perawat-perawat yang bertugas yang telah begitu baik dan penuh perhatian merawat istriku. Semoga Allah membalas kebaikannya dan juga menyembuhkan sakit istri saya. Amin.

Salam,
Ferry Djajaprana

http://senimistik.blogspot.com
http://ferrydjajaprana.multiply.com

Penulis bisa dihubungi pada alamat email : fdjajaprana@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar