Islamic Chicken Soup For The Soul
Oleh : Ferry Djajaprana
“Dari Abu Hurairah R.a, Nabi Saw bersabda “Apapun yang menimpa seorang Muslim, baik itu penyakit, kecemasan, kesedihan, luka, kesulitan, bahkan sampai duri yang menusuknya, maka setiap hal itu semua akan menjadi penghapus dosa-dosanya”.
(HR. Bukhari, 75:5641)
Sudah lima hari saya tinggal di salah satu rumah sakit di Jakarta karena menjaga istri yang sakit typhus.
Orang jatuh sakit biasanya tidak mendadak begitu saja, melainkan karena sudah terserang jauh-jauh hari sebelumnya. Demikian juga dengan istri saya, sebelum terserang penyakit tersebut memang sudah terlihat kesibukannya yang amat sangat dimana dua minggu sebelumnya tidak ada waktu istirahat lantaran proyek yang digarapnya menuntut demikian. Bermula ketika saat dia pulang bertugas dan mengeluh bahwa sakitnya tak tertahankan lagi baru kemudian saya mengantarnya ke rumah sakit terdekat dan dokter Unit Gawat Darurat (UGD) menyarankannya untuk dirawat saja agar pengobatannya terkontrol dengan baik.
Bicara sakit, sakitnya tubuh itu bukan saja lantaran akibat masalah jasmani melainkan juga bisa karena masalah rohani. Namun demikian biasanya seseorang hanya melihat satu sisi belaka yaitu sisi jasmani. Kalau menyebut aspek fisik, pada umumnya kita sudah paham bahwa sakit thypus adalah akibat kesalahan asupan, terserang bakteri salmonela typhosa, kurang olah raga sampai perlunya tubuh istirahat dari kerutinan. Namun sakit bila dipandang dari sisi spiritual lain lagi, diantaranya adalah merupakan ujian dari Sang Pencipta untuk penghapus dosa.
”Dari Abdullah R.a, ia berkata, aku pernah menemui nabi saw ketika beliau sakit parah terkena demam tinggi, aku berkata, ”Engkau sakit parah, oleh karenanya engkau akan mendapat pahala.” Beliau bersabda, ”Benar, karena tidaklah seorang Muslim terkena suatu penyakit kecuali Allah akan menggugurkan sebagian dosa-dosanya sebagaimana Allah menggugurkan dedaunan dari pohonnya.” (HR. Bukhari 75:5647)
Bagi saya menemani pasien sakit seperti si pesakitan itu sendiri, karena sama-sama ’dipenjarakan’ dalam satu ruangan, bahkan bila pasien tidurnya di atas kasur – sipenunggu malah tidur di atas tikar, sehingga cap tikarnya tampak di pipi bila terbangun. Di saat pasien bangun dan ingin ke kamar kecil penjaga harus siap menemani ke kamar kecil, dan banyak hal kecil lainnya mulai dari menepuk nyamuk sampai membenarkan posisi bantal. Walau demikian penunggu satu tingkat lebih beruntung bila dibanding pasien, bila para tamu yang datang membawa oleh-oleh, pasien karena sakitnya cukup makan elektrolit yang disedot tubuh melalui selang infus dan infus, sementara oleh-oleh tamunya dimakan oleh si penunggu. Cukup adil memang J.
Hari berganti hari, kesembuhan pasienpun mulai nampak hasilnya. Dan, hari ini tibalah saatnya check out.
Ketika pada antrian pembayaran rawat inap di kasir jumlah antrian masih bisa dihitung pakai jari. Pada saat ngantri di depan saya adalah seorang ibu yang harus membayar biaya rumah sakit saudaranya karena suatu operasi besar, dia harus membayar tagihan sebesar Rp 54 juta, setelah membaca daftar tagihan dia terkaget-kaget karena sudah dibayar Rp. 27 juta atau separuhnya. Betapa air mata kegembiraan mengucur dari wajahnya. Petugas Kasir memberi tahu kalau ada seseorang yang sudah membayarkannya tapi tak mau disebut namanya. Saya dibelakangnya dengan sabar menunggu giliran membayar, sambil berkata di dalam hati "Inilah janji Allah yang disebut dengan rejeki tak terduga itu dan terkagum-kagum karena masih ada orang "punya" yang mengikhlaskan rejekinya untuk berbagi dengan yang membutuhkan. Semoga amal baik yang menyumbang diterima oleh Allah Swt.
Telah semakin jelas buah ketakwaan dari seorang pasien atau ibunya yang shalihah. Sungguh Allah selalu melimpahkan karunia dan rezeki yg sesuai dengan ketakwaan seseorang. Demikianlah pelajaran dari hal yang terkecil di dunia nyata, walaupun kita selalu berpikir secara umum tentang kehidupan hedonisme dan individualis ternyata masih ada segelintir individu yang ikhlas membantu..
”Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS Yunus :61).
Jarum jam sudah bertumpuk pada pukul 12:00 siang, saatnya saya check out dan pamit pulang pada perawat-perawat yang bertugas yang telah begitu baik dan penuh perhatian merawat istriku. Semoga Allah membalas kebaikannya dan juga menyembuhkan sakit istri saya. Amin.
Salam,
Ferry Djajaprana
http://senimistik.blogspot.com
http://ferrydjajaprana.multiply.com
Penulis bisa dihubungi pada alamat email : fdjajaprana@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar