Senin, 09 Februari 2015

Banjir Musibah Atau Rezeki?



Oleh : Ferry Djajaprana


Hujan adalah rahmat.. benarkah demikian?

Kalimat di atas bila musim kemarau terdengar syahdu, namun bila sedang kebanjiran seperti sekarang hujan adalah rahmat  memaknainya perlu mengernyitkan dahi,  hujan bila kecil adalah berkah untuk seluruh penghuni  alam ini beserta penghuninya, sedangkan bila besar intensitasnya  yang memicu banjir maka hujan menjadi lawan. 

Untuk memaknai hujan adalah rahmat perlu pemahaman fitrah atau hukum alam. Manusia sebagai khalifah (yang mengatur) kehidupan di dunia ini semestinya memahami hukum alam, bahwa air selalu menempati tempat yang rendah. Lalu, kalau tempat yang rendah sudah ditinggikan apakah airnya nyerah? Tentu tidak, air tetap dan selamanya akan mencari tempat paling rendah. Itulah kerendahan hati air yang perlu kita pelajari. Makanya banyak tempat yang dulu tidak terkena kebanjiran sekarang kebanjiran. Perlu diketahui bahwa kebanjiran di Jakarta adalah murni hujan lokal, jadi sebaiknya jangan menuduh orang Bogor yang tidak bersalah yang ngirim-ngirim air.

Di Jakarta, dari dulu memang banjir, namun walau sekian kali berganti Gubernur namun belum ada satupun yang tuntas mengatasi banjir. Bahkan gubernur yang sekarang mengizinkan reklamasi dengan meninggikan pantai di kawasan Kapuk dan sekitarnya akhirnya air tidak bisa mengalir jauh menuju laut sebagai tujuan akhir.

Di Jakarta banyak sekali tempat penampungan air (situ) yang kini berubah menjadi tempat tinggal, ambil contoh Kelapa Gading, dulunya  adalah Situ tapi lantaran diurug untuk dijadikan perumahan maka efeknya tiap tahun menjadi langganan banjir. Namun karena sistem infrastrukturnya tidak dibangun dengan terintegrasi seperti memindahkan sungai, dan pembuatan jalur-jalur sungai baru ke laut akhirnya seperti cekungan yang menunggu airnya terserap oleh bumi, tapi karena terlalu banyak hutan beton maka air tak mudah terserap ke bumi.

Untuk menyelesaikan masalah banjir banyak hal yang perlu dibenahi diantaranya normalisasi kali. Semua kali  perlu diperdalam dan bangunan-bangunan liar di samping kali perlu dibenahi.
Perbaikan waduk perlu dilanjutkan bukan hanya dua waduk saja, yaitu waduk Pluit dan Ria-rio. Karena di DKI masaih ada 40 waduk lainnya yang perlu dibenahi.

Saluran-saluran yang tersumbat sampah perlu dilancarkan, selain itu masyarakat juga perlu diedukasi agar tidak membuang sampah sembarangan. Aturan denda membuang sampah sudah ada namun tidak dijalankan dengan baik.

Bicara banjir adalah bicara bencana bila dihitung secara ekonomi, namun dibalik itu juga rezeki bagi tukang gerobag  saat sekarang ,  rezeki buat para dokter, tukang perbaikan sofa, dan tukang memperbaiki rumah,  karena seusai banjir mereka akan kebanjiran order. Melalui banjir terjadi jalinan kasih sesama manusia karena terjadi hubungan antar manusia untuk saling tolong menolong.

Semoga jalinan kasih itu terus berkelanjutan walau banjir telah usai.. itulah makna hujan adalah rahmat. Rahmat dari Allah swt agar sesama manusia saling mengasihi.

Salam,
Ferry Djajaprana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar