Islamic Chicken Soup For The Soul
Oleh : Ferry Djajaprana
Doeloe di kampung saya di Kabupaten Brebes tahun tujuhpuluh sekian mengalami masa-masa di mana beberapa rumah menyediakan tempat air di depan pagar rumahnya untuk para pejalan kaki, petani atau anak sekolah yang tengah dahaga dan melewati rumah kami. Tempat air yang di sediakan berupa gogok (sebutan untuk Kendi) dan satu cangkir. Kebiasaan ini sudah merakyat, bahkan di Kabupaten Tegal pun ada, masih ingat saat kala saya membantu pamanku untuk mengisi air yang sudah mendidih ke dalam kendi tersebut dan menyimpannya di pagar depan rumah. Entah kenapa kegiatan serupa di era akhir dekade tujuh puluhan sudah tidak ada lagi, seingat saya sejak teh sosro menjual air box dan teh kemasan dalam botol.
Lain lubuk lain belalang lain ladang lain pula ikannya, demikian menurut peribahasa, kalau di kabupaten Brebes kendinya kecil, namun di Kabupaten Cirebon menggunakan gentong, kalau kendi ada lubang untuk mengucurkan air dan bentuknya seperti poci, sedangkan gentong masih sama tebuat dari keramik atau tanah liat hanya saja ngambil airnya perlu gayung baru kemudian dituang ke dalam gelas. Karena terbuat dari tanah liat maka efeknya membuat air yang ditampung terasa dingin dan sejuk jadinya. Di Cirebon dalam keseharian gentong yang berisi air juga sudah langka, namun di saat musim haji tradisi menyiapkan gentong untuk orang-orang yang dahaga masih dapat kita jumpai sampai sekarang. Nampaknya tradisi ini hendak dihidupkan kembali.
Gentong Haji ini mudah Anda dapati bila bertandang ke Kabupaten Cirebon di musim haji. Para keluarga yang salah satu anggotanya menjalankan ibadah haji biasanya menyediakan gentong haji yang berisi air suling (aqua) siap untuk diminum. Semua yang dahaga dipersilakan meminumnya, harapan pemilik rumah adalah mendapatkan amal, agar yang sedang pergi menjalankan ibadah haji mendapatkan ketenangan, dan keselamatan dari berangkat sampai pulangnya nanti. Di lain pihak, bagi yang meminumnya juga berharap mendapatkan berkah karena doa-doa para jemaah haji di Haramain, bahkan ada harapan yang ikut meminum agar diri dan keluarganya bisa ”ketularan” pergi haji juga. Sungguh ajaran sosial – tolong menolong, yang patut kita hidupkan kembali sehingga mendekatkan hubungan sesama manusia yang sudah bersifat individual ini.
Nah.. sekarang bila Anda bermain-main ke Kabupaten Cirebon, dan Anda mendapati ada gentong dan gelas di depan rumahnya, maka Anda bisa menebak bahwa salah seorang penghuninya sedang menghidupkan spiritual ajaran Nabi Ibrahim A.S. dan silakan meminumnya .. semoga Anda pun bisa menjalankan ibadah haji.. Amin.
Untuk yang ingin pergi haji, mulailah diniatkan dalam hati agar bisa melakukannya karena jihad yang utama adalah haji mabrur ”Dari Aisyah R.A. ia berkata ”Ya, Rosulullah .. kami lihat bahwa jihad itu adalah amal yang paling utama. Bolehkah kami ikut berjihad?” Beliau bersabda, ”Tidak, jihad yang paling utama adalah adalah haji yang mabrur.” (HR Buhari , 25:1520)
Salam,
Ferry Djajaprana
Penulis bisa dihubungi melalui alama email : fdjajaprana@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar